ASEAN YOUTH CULTURAL EXPOSURE 2017 THAILAND
Pemuda yang berprestasi sejatinya selalu
melakukan hal-hal yang baru dan bermanfaat bagi semua orang, sebagai pemuda
yang masih berstatus mahasiswa adalah kesempatan untuk berprestasi sebanyak
mungkin untuk bekal di masa dewasa kelak, salah satunya adalah seorang
mahasiswa Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Jakarta bernama Riswandi, mahasiswa PPKN FIS UNJ angkatan
2015 tersebut baru saja mengikuti kegiatan pertukaran pemuda di bidang
kebudayaan yaitu Asean Youth Cultural
Exposure 2017 Thailand, kegiatan tersebut berlangsung sejak tanggal 15-19
Agustus 2017 di Bangkok, Thailand.
Kegiatan yang dipelopori oleh organisasi
yang berdiri di Yogyakarta bernama Youth Center to Act for Nation (YOUCAN)
diikuti oleh sekitar 68 mahasiswa dari seluruh Indonesia dan beberapa mahasiswa
di ASEAN seperti Malaysia dan Thailand. Kegiatan tersebut merupakan kegiatan
pertukaran kebudayaan dan ajang promosi pariwisata bagi daerah masing-masing
delegasi. Seleksi yang dilakukan pun cukup ketat karena tidak semua orang
sanggup untuk mengikuti kegiatan tersebut, orang-orang yang terpilih adalah
mereka yang memiliki bakat serta kemauan untuk memajukan kebudayaan dan
pariwisata daerah masing-masing.
Berawal dari tahun 2016 lalu, Ris sapaan
akrab Riswandi mulai mengikuti seleksi kegiatan tersebut, namun karena
terbentur dengan jadwal kuliah akhirnya niat untuk mengikuti seleksi
diurungkan, hingga bulan Mei 2017 Ris menerima email dari pihak Youcan bahwa
telah dibuka seleksi untuk kegiatan Asean
Youth Cultural Exposure di Thailand, Ris langsung mendaftar melalui online setelah tiga hari mendapat
balasan bahwa Ris dinyatakan lolos seleksi kegiatan tersebut mewakili
Universitas Negeri Jakarta. Dua hari kemudian Ris langsung menyusun proposal
untuk mengajukan dana karena kegiatan tersebut membutuhkan dana sebesar Rp.
7.850.000. Sebelum mengajukan dana terlebih dahulu membuat list lembaga-lembaga
yang akan diajukan proposal, banyak sekali rintangan yang dialami dalam mencari
bantuan dana, ditolak beberapa perusahaan dan lembaga-lembaga yang belum
bersedia memberikan bantuan dana tidak membuat semangatnya pudar, dia terus
berusaha mencari bantuan dana, menghubungi senior dan beberapa organisasi yang
diikutinya, alhamdulillah beberapa seniornya memberikan bantuan dana dan juga
dari organisasinya seperti BEM P PPKN dan Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat
Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Jakarta, selain dari dana tersebut, dia
juga mendapatkan bantuan dana dari Fakultas Ilmu Sosial dan Wakil Rektor III
bidang kemahasiswaan. Dana yang didapatkan cukup besar masing-masing satu juta
rupiah, dia juga mendapatkan bantuan dana dari beberapa dosen dan
sahabat-sahabatnya.
Setelah berjuang mencari bantuan dana
tibalah saatnya berangkat ke Thailand, dia berangkat tanggal 14 Agustus 2017
karena mendapatkan tiket murah pada tanggal tersebut, belum sempat menukar uang
ke mata uang Thailand terpaksa dia harus menukar di bandara sehingga nilai
belinya lebih tinggi, nah tips bagi kalian yang ingin bepergian ke luar negeri
tukarlah uang rupiah anda jauh-jauh hari sebelum anda berangkat dan hindari
menukar uang di bandara, setelah beberapa jam di pesawat tibalah di bandara Don
Mueang Thailand, di bandara tersebut dia juga banyak mendapatkan pelajaran dari
komunikasi dengan petugas bandara, banyak sekali petugas di bandara yang tidak
bisa berbahasa Inggris, ketika di bandara dia bertanya dimana tempat shalat
orang muslim dan semua petugas yang berjaga stand
product di bandara tidak mengerti, akhirnya dia bertanya ke bagian information dan baru dia mengetahui
tempat shalat ada di lantai tiga.
Setelah shalat dia berjalan mengelilingi
bandara dan memperhatikan interaksi setiap orang, ada banyak warga negara asing
yang ada di bandara tersebut dengan budaya masing-masing saat berinteraksi,
salah satu pengalaman unik di bandara adalah bertemu dengan orang muslim asli
Thailand yang fasih berbahasa Indonesia yang banyak bercerita tentang islam di
Thailand, di Thailand bagian timur adalah wilayah yang mayoritas islam, dan
banyak sekali masjid, sementara di Thailand bagian tengah dan barat sangat
sedikit masjid tetapi toleransi warga Thailand sangat tinggi, hal itu
dialaminya ketika mencari tempat shalat di bandara salah satu petugas
mengantarnya sampai di mushalla.
Keesokan harinya para delegasi mulai
berdatangan di Thailand dan menuju hotel, hotel yang dijadikan penginapan yaitu
Aunchaleena Bangkok Hotel, malam harinya kegiatan Asean Youth Cultural Exposure dibuka oleh panitia saat welcome dinner, para delegasi juga
mendapatkan kaos dan guidebook serta name
tag yang akan digunakan selama kegiatan berlangsung, kegiatan tersebut
diikuti oleh mahasiswa dari seluruh Indonesia diantaranya dari UNJ, IPB, UI,
ITB, UNTIRTA, UNHAS, UNSOED, Riau, Kalimantan, NTT, Makassar, Sumatera,
Bengkulu, Surabaya, Yogyakarta, Semarang dan masih banyak lagi.
Hari kedua di Thailand, kegiatan para
delegasi adalah field trip and amazing
race ke beberapa tempat di Thailand seperti Lumphini Park dan MBK Center,
dalam kegiatan tersebut para delegasi diberikan tugas untuk mewawancarai turis
dan masyarakat asli Thailand mengenai kebudayaan Indonesia, para delegasi
mencari informasi apakah mereka tahu kebudayaan Indonesia atau tidak dan
bagaimana kebudayaan masyarakat Thailand, salah satu turis yang diwawancarai
Ris adalah warga negara Perancis bernama
Steven, dari hasil wawancara terebut ternyata turis tersebut mengetahui
banyak tentang Indonesia, lanjut mewawancarai warga Thailand, sulit sekali
untuk bisa berkomunikasi dengan warga Thailand karena mereka tidak bisa berbahasa
Inggris, sehingga tugas untuk mencari informasi tentang Indonesia dari orang
Thailand tidak dapat diselesaikan, ternyata di Thailand yang bisa berbahasa
Inggris hanya mereka yang berpendidikan, bekerja di instansi pemerintahan dan
mereka yang sering berinteraksi dengan orang asing seperti orang-orang yang
bekerja di tempat wisata yang banyak dikunjungi orang asing.
Setelah dari Lumphini Park perjalanan
dilanjutkan ke MBK Center, MBK Center adalah tempat belanja yang menjual segala
macam produk dan kerajinan tangan yang bisa dibawa sebagai oleh-oleh, di tempat
tersebut juga delegasi mendapat tugas untuk mewawancarai bagaimana strategi
pemasaran sehingga produk yang mereka jual laris dan banyak pembeli, dari hasil
wawancara di MBK Center ditemukan satu jawaban bahwa untuk bisa menarik pembeli
adalah dengan memberikan senyuman serta keramahan saat melayani pembeli serta
memberikan kebebasan kepada pembeli untuk memilih barang. Setelah menjalani
rangkaian tugas para delegasi kembali ke hotel untuk beristirahat, namun
sebelum beristirahat para delegasi melakukan gladi resik untuk performance.
Gladi resik diatur oleh salah satu dosen
seni dari Universitas Chulalangkorn yaitu Miss Koong, sebagai delegasi dari
Jakarta Riswandi menampilkan kebudayaan Betawi yaitu Nandak Betawi, tarian yang
biasa diperagakan oleh abang none ketika pemilihan abang none yang musiknya
adalah musik ondel-ondel, tarian tersebut juga memiliki cerita yaitu keceriaan
para remaja yang beranjak dewasa, para delegasi serta dosen tersebut juga turut
menari mengikuti irama yang ceria dari tarian tersebut.
Hari ketiga tepat tanggal 17 Agustus,
para delegasi berangkat ke Kedutaan Besar RI untuk mengikuti upacara peringatan
hari kemerdekaan ke-72, namun sangat disayangkan para delegasi tidak bisa
mengikuti upacara dari awal karena jalanan yang sangat macet sehingga para
delegasi tiba di kedubes ketika penaikan bendera merah putih, saat di kedubes
pun para delegasi tidak bisa berlama-lama karena harus menuju tempat untuk performance, setelah 1 jam perjalanan
tibalah di tempat untuk performance para
delegasi bersiap-siap dan berganti pakaian untuk menampilkan tarian
masing-masing. Riswandi menampilkan Nandak Betawi di combine dengan tari
Piring, tari Ronggeng dan Jaipong.
Penampilan para delegasi diapresiasi
oleh salah satu sekolah yang ada disana
yang juga turut menyaksikan penampilan mereka dengan memberikan sertifikat
sebagai wonderful performance, kebahagiaan
dan kepuasan terlihat dari wajah para delegasi yan telah memberikan penampilan
terbaik mereka dan tepuk tangan yang meriah dari penonton, tidak hanya delegasi
dari Indonesia yang memberikan penampilan tetapi dari Malaysia dan Thailand
juga, ada satu nyanyian yang cukup bagus yang ditampilkan serta tarian yang juga
bagus sehinggat seluruh orang di ruangan tersebut diajak untuk mengikuti tarian
itu, tarian yang menjadi ciri khas Thailand.
“Saya juga mendapatkan pengalaman dan
pelajaran yang berharga di tempat performance
tersebut, ketika selesai tampil dan sesi foto, saya ingin shalat, di tempat
tampil tersebut tidak ada tempat shalat karena tak satupun dari mereka yang
beragama islam, yang unik adalah salah satu guru dari tempat tersebut berlari
menyiapkan ruangan untuk shalat dan ruangan itu ada di lantai tiga, ruangan
tersebut adalah ruangan untuk berlatih menari dan guru tersebut menyiapkan lalu
kembali ke bawah menjemput saya dan teman-teman untuk menuju ruangan tersebut.
Sungguh terharu ketika melihat toleransi dan kepeduliaan orang-orang yang tidak
beragama islam tapi sangat peduli kepada umat islam untuk beribadah, ini
menjadi satu peringatan besar kepada diri saya dan mudah-mudahan kepada para
pembaca sekalian, bahwa betapa pentingnya beribadah dan pentingnya toleransi.”
Setelah kegiatan selesai para delegasi
kembali ke hotel untuk beristirahat karena besoknya harus berangkat ke UNCC
untuk presentasi, para delegasi akan mempromosikan pariwisata serta kebudayaan
daerah masing-masing. Antusias para delegasi untuk presentasi sangat besar
sampai-sampai harus begadang untuk menampilkan yang terbaik buat besok.
“Supaya tidak terlalu tegang, saya dan
delegasi yang lain berkeliling ke sekitar jalanan di dekat hotel mencari
jajanan, sekaligus mempelajari cara membeli makanan yang halal serta makanan
apa saja yang dijual, walaupun hujan turun pada malam itu tidak membuat kami
berhenti menjajaki makanan, banyak hal-hal lucu yang kami alami, pertama tempat
berjualanyang juga banjir dan tenda-tenda yang bocor, yang lebih uniknya kami
sering beli dan menawar makanan layaknya di Indonesia karena para pedagang
tidak mengerti bahasa Inggris, dan kami tidak mengerti bahasa Thailand sehingga
cara berkomunikasinya menggunakan bahasa isyarat, bahkan kami juga sering
bercanda sambil tertawa dan mereka para pedagang juga ikut tertawa karena
tingkah lucu kami.”
Makanan yang dijual hampir sama dengan
makanan yang ada di Indonesia hanya yang membedakan adalah rasa dan kandungan
makanannya, karena daerah Thailand mayoritas beragama non islam maka banyak
makanan yang haram, sehingga harus hati-hati juga memilih dan membeli makanan,
kurang lebih 3 jam berkeliling menjajal makanan di Thailand. Pagi hari seluruh
delegasi sarapan dan bersiap-siap berangkat ke UNCC untuk presentasi, perjalanan
pada hari itu cukup lancar karena kita berangkat lebih cepat sehingga tidak
terkena macet, sesampainya di UNCC dengan pemeriksaan yang sangat ketat, para
delegasi memasuki ruangan dan tibalah di tempat presentasi, namun yang
mengecewakan adalah para pembicara dari pihak Thailand belum memasuki ruangan,
ternyata para delegasi teralu cepat sampai, setelah para pembicara tiba
mulailah presentasi dan tanya jawab, lalu dilanjutkan dengan coffee Break, setelah itu para delegasi
laki-laki mencari masjid untuk shalat Jum’at, ada cerita yang menarik juga dan
ada juga pelajaran yang saya ambil ketika Jum’atan, di masjid tersebut
disediakan minuman gratis bagi para jamaah, dan yang uniknya adalah kami
kesulitan mendapatkan taksi untuk kembali ke UNCC, kami memberhentikan taksi
sebanyak 12 kali karena setiap taksi yang kami hentikan tidak mengerti bahasa
Inggris dan tidak mengetahui tempat tujuan kami, beberapa turis juga kesulitan
bahkan di taksi yang terakhir kami sempat berebut taksi, untung kami duluan
baru turis itu, yang lucunya taksi yang terakhir supirnya juga tidak mengerti
bahasa Inggris dan tidak mengetahui alamat yang kami tuju, hingga akhirnya
salah satu teman saya menunjukkan foto gedung UNCC baru supir taksi tersebut
tahu.
Sungguh pengalaman yang unik, sambil
berdialog kami juga meledek mereka menggunakan bahasa Indonesia, karena kami
kesal kenapa mereka yang menjadi supir taksi tidak bisa berbahasa Inggris
padahal pelanggan mereka mayoritas orang asing. Setelah kami mendapatkan taksi
dan menuju gedung UNCC presentasi dilanjutkan.
Setelah presentasi selesai perjalanan
dilanjutkan menuju tempat wisata, yaitu Wat Arun, tempat wisata tersebut sudah
sering dikunjungi oleh orang Indonesia, sekitar 20 menit perjalanan tibalah di
Wat Arun, untuk menuju Wat Arun kita harus menyebrang menggunakan kapal fery
kecil karena Wat Arun berada di seberang sungai terbesar yang ada di Thailand,
harga tiket masuknya hanya 4 baht atau dalam rupiah sebesar Rp. 1.600. Wat Arun
adalah bangunan yang merupakan tempat tidurnya Budha, ada banyak sejarah di
balik tempat tersebut, keunikan tempat wisata tersebut adalah ketika belanja,
mereka yang berjualan cukup fasih berbahasa Indonesia dan transaksi pun bisa
menggunakan rupiah, tempat oleh-oleh tersebut menjual kaos, gelang, kalung,
tas, gantungan kunci yang harganya cukup terjangkau, setelah menelusuri
ternyata mereka bisa berbahasa Indonesia karena mendengar percakapan orang
Indonesia yang berlibur disana.
Setelah itu lanjut ke tempat makan
malam, untuk gala dinner dilaksanakan di atas kapal yang besar, gala dinner di
Chao Phraya, sungguh malam penutupan yang sangat seru karena makanan yang
disajikan adalah makana khas laut, diiringi musik serta pemandangan yang indah
di malam hari, pada malam itu saya juga sempat bertemu dengan orang Medan yang
berlibur di Thailand, semua delegasi merasa bahagia pada malam itu, setelah
gala dinner selesai, semua delegasi kembali ke hotel untuk beristirahat karena
besok harinya sudah pulang ke Indonesia.
Beberapa pelajaran yang saya ambil dari
perjalanan saya selama di Thailand mengikuti kegiatan Asean Youth Cultural Exposure 2017 yaitu :
1.
Pentingnya
mencintai budaya daerah sendiri
2.
Pentingnya
mengharumkan budaya dan pariwisata ke negara lain
3.
Pentingnya sikap
toleransi antar umat beragama
4.
Pentingnya
berbahasa Inggris
5.
Pendidikan
menentukan kualitas diri seseorang
6.
Budaya Indonesia
sangat banyak dan sangat unik
7.
Jadilah orang
yang ramah ketika ingin memperkenalkan suatu produk
8.
Kenali budaya
daerah sendiri, lalu pelajari dan pertahankan
9.
Orang Thailand
saja menyukai kebudayaan Indonesia dan mereka mau mempelajarinya, kita sebagai
orang Indonesia asli harus lebih dari mereka.
Dokumentasi selama kegiatan:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar