Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Halo para pembaca yang budiman, pada kesempatan ini Saya akan menulilskan tentang hasil penelitian yang Saya lakukan di Baduy pada tanggal 20-22 Mei 2016. Saya berharap agar tulisan Saya dapat dipahami dan bermanfaat bagi para pembaca sekalian.
Blog yang Saya tulis ini akan membahas tentang mata pencaharian Masyarakat Baduy.
MATA PENCAHARIAN MASYARAKAT BADUY
Berdasarkan hasil wawancara dan penelitian Saya mengenai mata pencaharian masyarakat Baduy, maka berikut ini kami paparkan mengenai mata pencaharian masyarakat Baduy.
1.
Hasil
Observasi mengenai mata pencaharian masyarakat Baduy Luar
Mata pencaharian masyarakat Baduy
Luar untuk memenuhi kelangsungan hidup :
-
Bercocok
Tanam
Masyarakat Baduy Luar memenuhi kelangsungan hidup dengan bercocok tanam, bercocok tanam merupakan mata pencaharian pokok masyarakat Baduy Luar, adapun tanaman yang ditanam adalah padi huma, selain itu masyarakat Baduy Luar juga menanam pohon pisang dan rempah-rempah. Bercocok tanam dilakukan oleh laki-laki. dari usia 12 tahun sampai usia dewasa. Anak laki-laki yanag tela berusia 12 tahun sudah diperbolehkan untuk ke ladang bercocok tanam. Masyarakat Baduy Luar bercocok tanam jauh dari tempat tinggal, untuk sampai di ladang harus menempuh jarak 4 km dari tempat tinggal. Menurut kang Syafri (salah satu narasumber Saya) mengatakan bahwa di Baduy itu mata pencaharian yang pokok dan memang wajib dilakukan itu adalah bercocok tanam, karena masyarakat Baduy tidak membeli beras dari luar Baduy. Bercocok tanam sudah dilakukan sejak zaman dahulu kala dan sampai sekarang masih dilakukan demi mempertahankan hidup. Adapun teknik bercocok tanam tidak jauh berbeda dengan bercocok tanam pada umumnya, hanya saja ketika ada tanaman yang sakit atau layu maka masyarakat Baduy mengobati dengan obat-obat alami seperti campuran dari berbagai tanaman. kalau kita membandingkan dengan masyarakat di daerah lain, untuk bercocok tanam mereka menggunakan pupuk agar tanaman tidak sakit dan tidak layu, Dalam bercocok tanam pun masyarakat Baduy tidak menggunakan peralatan canggih. Mereka selalu percaya bahwa dengan peralatan sederhana maka hasil panen akan jauh lebih baik.
-
Kerajinan
Tangan
Mata pencaharian masyarakat Baduy Luar selain bercocok tanam ada lagi yaitu membuat kerajinan tangan. Masyakat Baduy Luar membuat kerajinan tangan dengan memanfaatkan bahan-bahan yang ada,
seperti: batok kelapa, rotan, koja, cangkang pucung, bambu, kapas, kayu. Kerajinan tangan yang dibuat, seperti: kalung, gelang, gantungan kunci, tas. Masyarakat Baduy Luar tidak pernah belajar khusus untuk membuat kerajinan tangan, karena mereka sudah diajarkan oleh orang tua mereka. Mereka selalu percaya bahwa apa yang diajarkan oleh orang tua mereka merupakan ajaran dari orang-orang terdahulu yang bersumber dari nenek moyang mereka. Hasil kerajinan tangan tersebut akan dipasarkan di daerah Ciboleger dan daerah lain. Ada juga yang memesan khusus untuk souvenir.
-
Menenun
Untuk perempuan di masyarakat Baduy Luar pekerjaannya yakni menenun untuk membuat kain, slendang dan baju yang
mempunyai macam-macam kegunaan, sebagai penutup badan seperti kain panjang,
kain sarung, sebagai selimut, dipakai juga untuk gendongan anak, sebagai ikat
kepala dan ikat pinggang. Kain tenun tersebut pada mulanya dibuat hanya untuk
memenuhi kebutuhan sandang dan sebagai alat tukar masyarakat Baduy yang biasanya
sebagian kain akan dijual kepada pengunjung. Yang dibuat oleh perempuan dan
dikerjakan didalam dan luar rumah.
2.
Hasil
Observasi mengenai mata pencaharian masyarakat Baduy Dalam
Masyarakat Baduy Dalam hampir sama
dengan masyarakat Baduy luar dalam mata pencaharian untuk memenuhi kebutuhan
sehari-harinya, seperti bercocok tanam dan menenun. Tapi untuk menenun di
masyarakat Baduy dalam dikerjakannya diladang sama dengan bercocok tanam untuk
lokasinya.
Berikut beberapa mata pencaharian
masyarakat Baduy dalam yang tidak ada di masyarakat Baduy luar:
-
Menenun
diladang
Pada
masyarakat Baduy Dalam, para perempuannya melakukan aktivitas menenun seperti
perempuan Baduy Luar. Namun yang membedakan disini adalah tempatnya, jika pada masyarakat Baduy Luar kegiatan
menenun dilakukan dirumah, pada masyarakat Baduy Dalam, kegiatan menenun
dilakukan diladang yang jaraknya kurang lebih empat kilometer dari pemukiman.
-
Mencari
madu
Masyarakat
baduy dalam juga mencari madu hutan yang nantinya dijual untuk memenuhi
kebutuhan hidup mereka. Madu ini mereka dapatkan dari hutan atau ladang yang
ada. Harga untuk madu ukuran botol besar (ukuran botol sirup marjan) dihargai
dengan Rp. 100.000,-, dan Rp. 50.000,- untuk botol yang lebih kecil.
-
Menanam
berbagai tanaman diladang
Pada masyarakat Baduy dalam yang bercocok tanam pada umumnya adalah laki-laki.
Adapun untuk tanaman yang ditanam adalah seperti padi, pisang, durian dan lain
sebagainya. Untuk laki-laki yang belum cukup umur (dibawah 10 tahun) mereka
diperbolehkan untuk bekerja namun tidak diwajibkan (paling lama sekitar 1 jam).
Sedangkan untuk laki-laki dewasa (diatas 10 tahun) diutamakan untuk berladang
yang jaraknya jauh. Sedangkan untuk ladang yang jaraknya dekat, bisa dikerjakan
oleh para perempuan.
-
Membuat
gula aren
Dari
yang telah kami amati, ada juga masyarakat baduy yang membuat gula aren, gula
aren ini dibuat dengan cara memerah nirah diatas pohon aren, lalu kemudian
dimasak hingga kental dan dicetak lalu didinginkan hingga mengeras.
Mata pencaharian pokok masyarakat Baduy :
-
Bercocok tanam
padi huma
Mata pencaharian sampingan masyarakat Baduy :
-
Menenun
-
Membuat gula
aren
-
Membuat
kerajinan
-
Membuat tas koja
·
Ketentuan
Berladang
Masyarakat Baduy berladang menggunakan
sistem pertanian ladang berpindah. Jika mereka membuka hutan dengan menebang
pohon lalu dibakar untuk dijadikan lahan pertanian yang disebut nyacar serang. Lahan tersebut hanya
boleh digarap selama 1-2 tahun. Lahan tersebut akan dijadikan hutan kembali dan
tidak boleh ditebang selama 3 tahun bahkan sampai berpuluh-puluh tahun. Ladang
akan ditanami berbagai tanaman seperti padi, sayur mayur atau umbi-umbian.
Jika sudah panen mereka akan menanami
pohon kecil. Apabila pohon tersebut sudah mencapai tinggi tertentu maka mereka
dapat menanami kembali lahan tersebut. Pemupukan tidak memakai pupuk organik
melainkan menggunakan pupuk organik yang dibuat dari campuran berbagai macam
tanaman. Semua tanaman ini diaduk ratadengan campuran air tuak lalu ditebarkan
pada tanaman yang mulai tumbuh dewasa. Inibiasa mereka sebut dengan pestisida
alamiah. Setiap orang boleh menanami lahan yang ada tanpa merasa memiliki.
Daur pertanian itu mengikuti pola yang tetap, yaitu:
Kapat (empat), dari bulan Juni-Juli. Dilakukan kegiatan
Nyacar, membersihkan lahan.
Kalima (lima), bulan Agustus. Nukuh, menebang pohon,
Kanem (enam), bulan September. Ganggang, mengeringkan
pohon dan cabang tebangan.
Katujuh (tujuh), bulan September. Ngaduruk, membakar kayu
kering.
Kadalapan (delapan), dari bulan Oktober-November.
Ngaseuk, menebar benih.
Kasalapan (sembilan), dari bulan November-Desember.
Ngirab Sawah, memupuk ladang.
Kasapuluh (sepuluh), dari bulan Desember-Februari.
Ngubaran, melindungi padi dari hama atau perusakan.
Hapit limah (sebelas), dari bulan Februari-Maret. Mipit,
mulai panen.
Hapit kayu (duableas), bulan Maret. Dibuat, panen raya.
Kasa (satu), bulan Maret-April. Kawalu mitembey, panen
huma serang
Karo (dua), dari bulan April-Mei. Ngunjal, membawa padi
ke leuit, lumbung padi.
Katiga (tiga) dari bulan mei-Juni. Narawas, membuat
pematang ladang.
Jadi mata pencaharian masyarakat Baduy yaitu :
1. Bercocok tanam
2. Menenun
3. Mebuat kerajinan tangan
4. Mencari madu
5. Membuat gula aren
Sumber :
Keterangan
Narasumber
1. Kang
Syafri : Masyarakat
Baduy Dalam (tour guide)
2. Sakiman : Masyarakat Baduy
Dalam (berladang)
3. Ambu
Eni : Masyarakat
Baduy Dalam (ibu rumah tangga)
4. Ayah
Nalim : Masyarakat
Baduy Dalam (Pengrajin)
5. Kang
Jali :
Masyarakat Baduy Dalam (tour guide)
6. Penjual
Souvenir : Masyarakat Luar
Baduy
7. Ambu
Pemilik Home Stay : Masyarakat Baduy Dalam
(ibu rumah tangga)
8. Jaro Sami : Jaro di Cibeo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar